Pages

Kamis, 10 Februari 2011

Only Death That Separates Love

Heru, seorang pemuda biasa yang hidup dalam keluarga sederhana. Selalu menjalani hidup yang juga biasa-biasa saja, pasrah bagaikan air yang mengalir, dari tempat tertinggi, hingga terendah. Tak ada yang istimewa dalam hidupnya. Dia hanya tinggal bersama kedua orang tuanya, yang selalu setia ada untuknya, kapanpun, dan bagaimanapun keadaannya. Semua curahan hati Heru, kehidupannya di sekolah, semua diketahui orang tuanya.



Ya, Heru bersekolah di salah satu Universitas di Jakarta. Dia mendapat beasiswa dari sekolahnya, karena memang dia cukup pintar. Meski begitu, dia tak terlalu pintar dalam hal percintaan. Di kampusnya, dia suka pada seorang gadis teman satu kampusnya. Hanya saja beda jurusan. Namanya Nadia, seorang gadis berambut panjang, dengan kulit putih yang membuatnya terkesan begitu manis. Heru telah jatuh cinta pada Nadia sejak mereka pertama jumpa, tepatnya ketika tes masuk Universitas. Entah kenapa, hati Heru selalu berdetak cukup cepat, setiap dia memandang Nadia, sekalipun itu dari jarak yang cukup jauh.



Dan, tanpa disadari, kini Heru sudah hampir lulus, dan dia siap untuk bekerja. Akankah dia akan terus begini? Membiarkan cintanya terbawa angin? Tidak, Heru bukanlah laki-laki pengecut yang pasrah akan takdirnya. Maka, dengan segenap keberanian yang dia miliki, dia memutuskan untuk melakukan hal nekad yang selama ini mungkin bisa membuatnya gila. Dia akan.....



Wait a moment....



Heru duduk di salah satu kursi kantin, menunggu kedatangan seseorang. 5 menit.... 10 menit.... Heru dengan sabar menunggu. Dia sudah mengirimkan surat kepada seorang gadis yang sudah dia sukai sejak dulu. Dia tak ingin hanya menyatakan cintanya lewat surat, dia ingin mengatakannya langsung. Hingga akhirnya....



" Hai, apa kau yang mengirimkan ini? " ujar seorang gadis, yang kini telah ada di hadapan Heru.



" Eh? Ya, aku yang mengirimkan surat itu.... " Heru merasakan panas pada dirinya. Dia sedang bicara berdua dengan gadis pujaannya, Nadia. " Aku.... mau mengatakan sesuatu.... "



Mereka berdua akhirnya duduk, dan seperti biasa, Heru tak akan tahan jika hanya berdua dengan seorang perempuan. Dia tak sanggup bicara untuk beberapa saat. Hingga akhirnya, matanya dengan mata Nadia bertemu, mereka bertatapan, lama sekali. Sesuatu seperti menyadarkan Heru dari mimpinya. Dia harus mengatakannya sekarang juga! Dan, inilah aksinya....



" Nad, sebenarnya, aku sudah suka padamu, sejak dulu.... " jeda sesaat, karena Heru masih perlu bernafas, agar dia tidak sesak nafas ketika bicara tadi. " Em.... Maukah.... Kau, menikah denganku? "



Coba tabok Heru sekarang juga. Dia sudah mengatakannya, langsung pada Nadia! Jantung Heru berdetak lebih cepat, seakan-akan mau lepas. Diasudah siap dengan apa yang akan diucapkan Nadia nanti. Sekalipun itu.... " Beri aku waktu dua hari untuk memutuskannya. "



Ya, itu ucapan Nadia....



One day....



And.....



Sebuah surat terlipat di atas meja Heru di kelas. Dia ragu dengan surat itu. Siapa yang mengiriminya surat? Apa ini ulah jahil teman-temannya? Heru membuang semua perasaan ragunya, dan perlahan membuka lipatan kertas putih itu, dan mulai membacanya:



Aku sudah memutuskan. Sebenarnya, aku juga sudah suka denganmu sejak kita pertama jumpa. Hanya saja, aku rasa kamu tak suka padaku. Tapi, begitu kamu bilang yang kemarin, hatiku serasa ingin terbang melayang bebas. Inilah ayng aku tunggu-tunggu dari dulu. Aku suka dengan sifatmu, langsung mengajakku menikah, tanpa perlu berpacaran. Yah, memang menurutku, pacaran itu sebenarnya tak perlu. Jadi.... AKU MAU MENJADI PERI HATIMU SELAMANYA....



Sebuah senyuman tipis tersirat di bibir Heru. Apa ini mimpi? Tak disangka, sungguh. Nadia, gadis cantik itu, ternyata juga suka kepada Heru, sejak lama.... Kenapa Heru begitu bodoh....



Tapi, aku akan menikah denganmu, setelah aku lulus, dan setelah kau mendapat pekerjaan....



Berarti, masih ada waktu 6 bulan lagi. Yah, paling tidak, Heru sudah mendapat jawaban pasti tentang hatinya. Maka, dengan modal itu, dia mulai melangkahkan kakinya ke kariernya, yang sudah menunggunya sedari dulu. Kerja, kerja, dan kerja.







6 Bulan kemudian.....



Heru sudah mendapat pekerjaan, dan Nadia sudah lulus. Mereka sudah sibuk dengan semua acaranya. Dari makanan, pakaian, undangan, semua sudah mereka usahakan bersama. Betapa bahagianya mereka saat itu, tanpa peduli apapun yang akan menghadang mereka di depan sana. Inilah yang namanya cinta, sobat.... Kau akan merakan dunia hanya milik berdua, tanpa ada satupun yang bisa menghalangi.



Namun, sehari sebelum pernikahan mereka, Heru pergi ke Jogja karena harus mengurus sedikit pekerjaannya, sekaligus memberikan undangan untuk beberapa keluarganya di sana. Dan, kejadian menyediahkan itupun terjadi....



Heru menaiki bus malam dari Jogja, bersama beberapa penumpang lainnya. Yang ada dalam pikirannya hanyalah hari esok, hari dimana dia akan menikah dengan Nadia, yang kini sedang menantinya. Namun, tepat ketika waktu menunjukkan pukul 23.15, bus yang dinaiki Heru kehilangan kendali. Bus itu menabrak pembatas jalan, dan kemudian, dengan bebasnya terjun ke dalam jurang yang sangat gelap, dalam, dan..... memilukan..... Di pikiran Heru, masih terbayang senyum Nadia yang membukakan pintu untuknya, ketika dia sampai di rumah. Dan keesokan harinya, mereka menikah. Tapi, itu sudah hilang.....



BRUUKKK....



Berita kecelakaan bus sudah tersiar keesokan paginya. Betapa pedihnya hati Nadia, ketika mengetahui bus yang dinaiki calon suaminya itu mengalami kecelakaan, dan hingga saat ini belum ditemukan. Seharian Nadia mengurung diri di kamarnya. Air mata terus mengalir di pipinya, sambil menatap foto Heru, yang kini, mungkin sudah berada di alam yang berbeda dengannya. Alam yang begitu indah, terang, dan tak ada lagi rasa. Di sini, hanya Nadia, sendiri, menjalanu hari-hari memilukan dengan luka pedih di hatinya, yang tak akan pernah terobati.... Selamanya.....



PROLOG :



Matahari pagi menyinari seisi bumi dengan sinarnya yang terang. Burung-burung berkicau ria, menyambut datangnya pagi. Dan, tak terkecuali seorang perempuan, dengan seorang orang anak laki-laki yang menemaninya berjalan santai di depan rumahnya. Ya, perempuan itu Nadia. Kini, dia sudah menikah dengan salah seorang pria pilihan orang tuanya, dan memiliki seorang anak laki-laki, yang diberi nama Heru. Nadia masih belum bisa melupakan Heru, calon suaminya yang kini sudah tak ada....



" Heru, jangan tinggalkan mama lagi, ya! "


Kata-kata yang selalu menyakitkan hati Nadia....










N.B : MAAF YA, KALAU JELEK! BARU BELAJAR! HEHEHEHE...^^

1 komentar:

IndahhhMS mengatakan...

Ta'aruf O:')

Posting Komentar